Monday, 4 April 2022

Bentuk-bentuk Asesmen

Pada artikel lain kita telah membahas mengenai bagaimana tahap-tahap yang harus dilalui guru ketika melaksanakan prosedur asesmen atau penilaian. Salah satunya adalah menentukan atau memiliki jnis atau bentuk asesmen yang sesuai dengan spesifikasi obyek penilaian. Terdapat tiga obyek penilaian atau yang sering disebut dengan tiga ranah penilaian, yang diberlakukan di sistem pendidikan negara kita yaitu penilaian kognitif (ranah pengetahuan), penilaian psikomotorik (ranah keterampilan) dan penilaian afektif (ranah sikap). 

Pembahasan artikel ini adalah seputar bentuk-bentuk penilaian yang sesuai dengan ketiga obyek penilaian yang telah disebutkan di atas. 

Penilaian Kognitif (Ranah Pengetahuan)

Penilaian kognitif dilakukan untuk mengetahui kualitas kemampuan intelektual peserta didik yang meliputi kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Beberapa teknik asesmen yang sesuai untuk menilai kemampuan kognitif adalah tes tulis, tes lisan, penugasan dan portofolio. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat teknik asesmen tersebut.

  1. Tes Tulis. Adalah tes yang soal dan jawabannya dalam bentuk tertulis. Beberapa bentuk instrumen dari teknik tes tulis antara lain pilihan ganda, mengisi singkat, benar-salah, menjodohkan dan uraian (esay). Kalian tentu telah mengenal semua bentuk tes tulis tersebut.
  2. Tes lisan. Adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dan siswa menjawab pertanyaan tersebut juga secara lisan. Asesmen ini selain dapat mengetahui kemampuan kognitif siswa, teknik ini juga dapat menumbuhkan keberaniaan dan kepercayaan diri.
  3. Penugasan. Adalah pemberian tugas kepada siswa selain untuk menilai kemampuan kognitifnya juga sebagai media latihan dan meningkatkan kemampuan tersebut. Penugasan ini dapat dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung maupun setelah pembelajaran selesai. Selain itu penugasan dapat berupa tugas individu maupun tugas kelompok.
  4. Portofolio. Adalah kumpulan penilaian aktivitas belajar siswa (kumpulan karya) secara berkelanjutan yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan perkembangan siswa pada kurun waktu tertentu. Portofolio setiap siswa disimpan dalam suatu map khusus dan diberi tanggal tiap kali pengambilan penilaiannya. Pada akhir semester bahan-bahan pengisi potofolio dapat dianalisis secara deskriptif (tidak lagi berbentuk nilai akhir) atau trend untuk menggambarkan perkembangan siswa.
Penilaian Psikomotorik (Keterampilan)

Penilaian ranah psikomotorik digunakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan pada spesifikasi atau ranah keterampilan. Pada aspek keterampilan, kemampuan siswa untuk melakukan aktivitas (skill) tertentu dinilai dengan menggunakan beberapa teknik yaitu asesmen kinerja, asesmen proyek, dan portofolio. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga teknik asesmen tersebut.

  1. Asesmen Kinerja. Merupakan penilaian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan suatu aktivitas atau tugas tertentu secara langsung. Misalnya tes penggunaan alat atau tes melakukan gerakan dalam olah raga.
  2. Asesmen Proyek. Merupakan penilaian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuannya untuk menyelesaikan suatu tugas (proyek) pada kurun waktu tertentu. asesmen proyek dapat digunakan untuk mengukur satu atau beberapa tujuan atau KD sekaligus, baik satu mata pelajaran atau bahkan lebih. Misalnya proyek membuat poster atau merawat tanaman dalam periode waktu tertentu.
  3. Portofolio. Teknik ini sama dengan portofolio pada dimensi konitif namun tugas-tugas yang dinilai adalah pada aspek keterampilan.
Penilaian Afektif (Ranah sikap)

Sikap adalah kecenderungan dalam menentukan pilihan atau kecenderukan dalam bertindak. Sikap terekspresi dalam perilaku sehari-hari, seringkali disebut dengan karakter. Karakter mulia siswa menjadi salah satu tujuan utama pendidikan di Indonesia. Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi (pengamatan) oleh guru mata pelajaran selama pembelajaran berlangsung, juga oleh guru bimbingan konseling (BK) dan guru kelas  di luar jam pelajaran dan dicatat dalam jurnal. Jurnal tidak hanya berisi data hasil observasi tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid dari berbagai sumber. Adapun penilaian sikap yang dilakukan guru mata pelajaran dapat menggunakan instrumen chek list sesuai dengan perilaku-perilaku tertentu yang ingin diamati (ini disesuaikan dengan aspek afektif yang tercantum dalam kompetensi dasar maupun tujuan pembelajaran).

Saturday, 2 April 2022

Model Komunikasi Linier dalam Public Speaking

Menjadi pembicara publik atau seorang orator membutuhkan pemahaman serta skill mengenai bagaimana proses komunikasi berlangsung secara efektif. Seorang guru, yang sangat membutuhkan keterampilan ini tentu harus mempelajari teori proses komunikasi. Pemahaman akan proses komunikasi akan memungkinkan guru tersebut untuk dapat menyiapkan diri atau menganalisis bagaimana kualitas ceramah atau komunikasinya di depan para siswa.

Terdapat beberapa model komunikasi yang menjelaskan bagaimana proses komunikasi berlangsung. Dalam artikel ini, kita akan membahas model proses komunikasi yang paling sederhana yaitu model komunikasi linier (dari seorang komunikator menuju audien). Model komunikasi linier ini dapat lihat secara visual seperti pada gambar berikut ini.

Proses komunikasi dalam model di atas dapat diurai menjadi beberapa elemen pokok, yaitu:

  1. Sumber (Komunikator). Yaitu seseorang yang berperan sebagai pembicara. Dialah yang memiliki ide atau pesan yang akan disampaikan kepada pendengar atau audien. Dalam kasus guru yang menyampaikan pembelajaran di depan para siswa, gurulah yang berperan sebagai sumber atau komunikator.
  2. Encoding. Merupakan proses yang berlangsung di dalam pikiran sang komunikator, yaitu proses menerjemahkan ide-ide menjadi simbol-simbol komunikasi (bisa berupa bahasa lisan, gestur, tulisan maupun gambar, namun dalam public speaking umumnya adalah bahasa lisan) yang dapat dipahami oleh audien.
  3. Message (Pesan). Adalah simbol-simbol komunikasi yang berisi ide atau pikiran dari komunikator. Dalam public speaking, pesan umumnya berupa pidato, ceramah atau orasi.
  4. channel (Saluran atau Media). Merupakan media yang menghantarkan pesan dari komunikator menuju audien, misalnya suara komunikator baik secara langsung maupun dengan memanfaatkan alat bantu seperti mic dan speaker. Perkembangan teknologi memungkinkan variasi media penghantar pesan ini.
  5. Receiver (Penerima atau Audien). Adalah orang yang berperan sebagai penerima atau tujuan dari penyampaian pesan. Pada kasus guru di kelas, receiver adalah para siswa.
  6. Decoding. Merupakan aktivitas di dalam diri atau pikiran audien untuk mengurai atau menerjemahkan kembali pesan dari audien menjadi ide atau bagian dari pikiran mereka. Proses ini menentukan seberapa paham audien terhadap pesan komunikator.
  7. Feedback (umpan balik atau respon). Merupakan respon yang diberikan oleh audien setelah menerima yang menerjemahkan pesan dari komunikator. Respon ini bisa sekedar respon sederhana seperti menganggukkan kepala, tertawa, bertepuk tangan atau menjadi lebih serius. Ada pula respon yang lebih kompleks seperti celoteh atau pertanyaan.
  8. Noise (Pengganggu). Merupakan segala hal yang dapat mengganggu atau menghambat pesan yang disampaikan komunikator menuju audien. Terdapat dua jenis pengganggu yaitu pengganggu eksternal (misalnya suara bising kendaraan atau suasana panas) dan pengganggu internal (misalnya kesehatan komunikator maupun audien).
Elemen-elemen dalam proses komunikasi berdasarkan model komunikasi linear di atas dapat dijadikan pagangan oleh seorang komunikator misalnya guru untuk menyiapkan atau menganalisis orasi yang disampaikan kepada siswa. Sebagai contoh, berdasarkan elemen channel, seorang guru harus memperhatikan apakah media untuk menyampaikan pembelajaran sudah benar-senar membuat pelajaran menjadi jelas dan menarik bagi siswa.

Pustaka lebih lanjut:
Beebe, S.A., Beebe, S.J. (2018). Public Speaking: An Audience-centered Approach (10 ed.). Pearson Education, Inc.