Sunday, 7 February 2021

Bahasa Orasi

Pemilihan kata menjadi salah satu yang menentukan kekuatan suatu orasi, baik dalam menarik perhatian audien, membuat mereka percaya maupun dalam melekatkan isi orasi hingga jangka waktu yang lama. Pemilihan kata, yang juga disebut dengan diksi, menjadi salah satu penentu keberhasilan tersampaikannya pesan orator kepada audien. Beberapa orator ulung bahkan tetap dikenang hingga puluhan atau bahkan ratusan tahun kemudian karena kekuatan kata-kata yang dipilihnya. Sebut saja istilah jas merah (jangan sampai melupakan sejarah) yang digunakan oleh Sukarno, atau i have a dream yang digunakan oleh Martin Luther King Jr.

Sebenarnya setiap hari kita selalu melakukan pemilihan kata. Ketika berbicara dengan teman, melakukan transaksi jual beli, bercerita suatu kejadian kepada anak, dan lain sebagainya. Seseorang dengan pemilihan kata yang baik akan menghasilkan interaksi sosial yang lancar, selain ditentukan oleh sikap tentu saja. 

Pemilihan kata ketika berbicara langsung dan tertulis sungguh berbeda. Seseorang dalam dialog harus dapat beradaptasi dengan respon lawan bicaranya, sehingga pemilihan kata dapat mengalami perubahan dengan cepat. hal tersebut tidak terjadi dalam bahasa tulisan yang tidak akan mendapatkan respon pembaca secara langsung. Akibatnya skill pemilihan kata seorang orator benar-benar diuji ketika melakukan orasi. 

Disebabkan oleh karakter penyesuaian diri dengan respon dan mood audien secara langsung maka kebanyakan orasi menggunakan bahasa yang kurang formal jika dibandingkan dengan bahasa tulisan (kecuali pada acara resmi). Selain itu dalam sebuah orasi, kata-kata teknis yang membutuhkan penjelasan dan definisi cenderung sedikit digunakan agar tidak banyak menghabiskan waktu dan memperlambat loading pikiran audien.

Tujuan utama pemilihan bahasa adalah suatu orasi yang jelas. Untuk mewujudkan tujuan ini maka dalam memilih kata seorang orator harus mempertimbangkan beberapa hal:

  1. Bahasa yang mudah dipahami. Sebagian besar isi orasi harusnya berupa kata dan kalimat dalam bahasa yang mudah dipahami oleh audien. Suatu kata asing atau teknis dapat dikenalkan untuk kemudian dijelaskan maknanya apabila kata tersebut penting digunakan atau sesekali dipakai untuk membangun kredibilitas. Namun terlalu banyak kata yang sulit dipahami kemungkinan besar akan menghasilkan pemahaman yang salah.
  2. Jika bisa disampaikan dalam bahasa yang mudah maka lakukanlah demikian. Jika harus menggunakan kata teknis atau jargon yang rumit maka jelaskanlah maknanya.
  3. Hindari kata-kata yang bermakna ambigu. Dalam komunikasi oral (apalagi yang berlangsung searah) audien hanya akan mendengar setiap kalimat yang orator sampaikan satu kali (kecuali ada hal penting yang diulangi penyampaiannya). karena itulah maka sebaiknya pilihlah kata dan susunlah kalimat yang maknanya hanya satu (tidak multi tafsir). 
Jika kita ingin merangkum ketiga hal tersebut di atas menjadi satu kelimat sederhana kemungkinan adalah, buatlah menjadi sederhana. Jangan berupaya menarik perhatian audien melalui kerumitan berbahasa.

Bacaan lebih lanjut:

Beebe, S.A., Beebe, S.J. (2018). Public Speaking, An Audience-centered Approach (10th ed.). Hoboken: Pearson.

Fraleigh, D.M., Tuman, J.S. (2014). Speak Up, An Illustrated Guide to Public Speaking (3th ed.). Boston: Bedford/St. Martin's.

No comments:

Post a Comment