Pendidikan adalah suatu tuntunan yang diberikan agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Tumbuh dan berkembang di sini terutama merupakan aspek kejiwaannya. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bagaimana jiwa manusia tersusun atas tiga kekuatan (trisakti) utama yaitu cipta (pikiran), rasa (hati) dan karsa (kemauan). Konsep mengenai tiga kekuatan jiwa manusia telah ada dalam pemahaman masyarakat Indonesia sebelum ilmu pengetahuan modern membahas jiwa.
Cipta atau kekuatan untuk berpikir adalah suatu bagian di dalam jiwa manusia dalam mengenali, memahami, mengingat dan menyimpulkan berbagai obyek dan fenomena di sekitarnya. Dengan pikiran manusia dapat menemukan kebenaran dan membedakannya dari sesuatu yang salah. Pikiran juga dapat menghasilkan ide-ide baru yang sangat penting bagi perkembangan kualitas hidup manusia.
Kekuatan jiwa kedua adalah rasa, yaitu segala gerak dan perubahan hati sehingga manusia dapat merasakan senang, sedih, kecewa, malu, bangga, kasihan, benci, sayang dan lain sebagainya. Perasaan dialami oleh hati, bukan pikiran. Walaupun demikian keduanya saling berpengaruh. Pikiran dapat menenangkan atau mengguncang perasaan, sebaliknya perasaan dapat mempercepat atau mengganggu pikiran kita. Manusia bukan robot atau mesin berpikir karena ia memiliki hati yang dapat merasakan berbagai nuansa peristiwa atau kejadian yang dialaminya.
Kekuatan ketiga adalah karsa atau kehendak atau kemauan. Kehendak ini merupakan dorongan alami dari dalam diri manusia (Ki Hadjar menyebutnya hawa nafsu kodrati). Perbedaan antara nafsu hewan dengan kehendak pada diri manusia adalah proses yang dialami oleh dorongan diri sebelum menjadi perbuatan. Pada diri manusia dorongan yang berasal dari nafsu akan dipertimbangkan oleh akal pikiran serta diperhalus oleh perasaan sebelum berbuah menjadi perilaku. Sedangkan pada hewan hal tersebut tidak terjadi.
Selanjutnya Ki Hadjar menjelaskan bahwa kesatuan ketiga kekuatan itulah yang disebut dengan budi manusia. Kualitas ketiganya menentukan apakah manusia akan hidup bermanfaat atau merusak. Dengan demikian pendidikan tidak boleh hanya mengutamakan salah satu kekuatan jiwa tersebut.
Referensi:
Dewantara, Ki Hadjar. (2004). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Terima kasih,
ReplyDeletekeren sih ini ada sumbernya, semoga menjadi berkah bagi penulisnya
ReplyDeleteSungguh ini memang benar seorang guru harus tahu 3 hal tersebut !.
ReplyDeleteterimakasih pak
ReplyDeletealhamdulillah ,,, terima kasih
ReplyDeleteTerima Kasih Pak, tercerahkan dengan membaca artikel ini
ReplyDeletebagaimana jika ada manusia yg tidak memiliki ke3hal tersebut?
ReplyDeleteCipta sebagai pikiran yang mengamati, memahami
ReplyDeleteRasa sebagai pikiran yang menanggapi dari pengamatan dan pemahaman pikiran
Karsa sebagai pikiran yang berkehendak setelah pikiran menanggapi pengamatan Cipta
Terimakasih bapak penjelasannya 🙏🏻
ReplyDelete