Wednesday, 25 March 2020

Rasa Ingin Tahu Anak

Setelah berusia sekitar satu tahun, anak akan memulai babak baru dalam kehidupannya. Ia akan mulai belajar berbicara, belajar berjalan, mengeksplorasi obyek-obyek sekitar dengan lebih aktif dan mengenali diri. Mulai dari usia ini anak akan menjadi sangat aktif, sulit untuk duduk manis dan diam. Mereka ingin tahu segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

Kodrat anak memang dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin menjamah semua benda yang ada di sekitarnya. Mereka mengamati bagaimana tingkah polah hewan-hewan dan berusaha menirukan suaranya. Ketika mulai bisa berbicara mereka akan banyak bertanya.


Bagi orang tua yang kurang memahami arti penting rasa ingin tahu, mereka akan menganggap anak yang mengambil semua benda yang dilihat dan melemparnya sebagai nakal. Pernahkan anda melihat orang tua yang cuek dengan berbagai pertanyaan anak? Sikap tersebut dilandasi oleh pemahaman yang salah tentang rasa ingin tahu anak sebagai sesuatu yang tidak penting untuk didukung dan ditumbuhkan.

Rasa ingin tahu membuat anak (siapapun mereka) selalu menjadi seolah pelajar yang luar biasa. Pernah kesulitan belajar bahasa inggris atau jepang? Hal itu tidak berlaku pada anak. Dimana pun mereka dilahirkan, maka bahasa masyarakat di tempat itu akan segera dikuasainya. Anak seorang petani tidak kesulitan untuk menguasai berbagai keterampilan bertani, demikian pula dengan anak nelayan, tukang atau ahli silat.

Rasa ingin tahu yang didukung akan menumbuhkan karakter positif bagi diri anak. Mereka akan mengalami perkembangan maksimal, baik fisik maupun mental. Tentu saja ada batasan-batasan dalam memberikan dukungan agar tidak justru menghasilkan dampak negatif.

Salah seorang pakar pendidikan anak dunia, Maria Montessori, menyebutkan lima hal yang dapat mendukung rasa ingin tahu dalam diri anak:
  1. Percaya pada anak. Orang tua harus memiliki kepercayaan pada anak mereka, bahwa setiap aktivitas yang dilakukannya, permainan yang digemarinya, memiliki dampak-dampak positif. Orang tua tidak terlalu banyak melarang.
  2. Lingkungan belajar yang kaya. Rasa ingin tahu yang besar akan tumbuh secara alami di lingkungan yang kaya (artinya bervariasi). Kaya di sini tidak berarti benda-benda yang mahal. Setiap obyek di alam memiliki keunikan yang dapat menstimulir kognisi dan perasaan anak. Obyek yang monoton akan membuat anak bosan dan berperilaku negatif.
  3. Waktu. Anak membutuhkan waktu untuk melakukan aktivitasnya, sesuai dengan ketertarikannya. Jangan banyak mengganggu dan merampas waktu anak dengan keinginan orang tua (yang mungkin dianggap lebih bermanfaat).
  4. Keamanan. Tanpa kehadiran orang tua maka anak akan menghadapi banyak bahaya, mulai dari bahaya fisik (misal aliran listrik, benda tajam, lubang, dll) hingga bahaya mental (anak merasa takut dan asing tanpa kehadiran orang tua di dekatnya). Dibutuhkan kehadiran orang tua untuk memberikan keamanan dan rasa nyaman bagi anak untuk mengeksplorasi dunia sekelilingnya. 
  5. Dorongan kekaguman. Orang tua dapat bertanya atau menunjukkan sesuatu yang menarik. Mengajak mereka jalan-jalan menikmati keindahan dan keagungan alam. Rasa kagum anak akan memupuk rasa ingin tahunya.
Lebih utama dari lima hal di atas, orang tua dapat belajar untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak sesuai dengan kondisi dan karakter mereka sendiri, Setelah itu semua yang terbaik dapat dibagi.

Referensi:
Davies, S. (2019). The Montessori Toddler, A Parent's Guide to Raising A Curious and Responsible Human Being. New York: Workman Publishing Co., Inc.

Gambar:
https://pixabay.com 

No comments:

Post a Comment