Friday, 13 March 2020

Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Instructional Model)

Dalam teori belajar konstruktivis, belajar dipandang sebagai suatu proses aktif, dimana anak belajar melalui pengalaman mereka. Pengalaman tersebut menjadi bahan-bahan dalam mengkonstruksi pengetahuan dan kompetensi yang lain. Prinsip itu melahirkan suatu model pembelajaran melalui penemuan (discovery model), dimana anak diarahkan oleh guru untuk menemukan sendiri pengetahuan, tidak dengan cara diberi secara langsung.

Dalam beberapa penelitian dan kajian ilmiah, ternyata banyak guru yang salah memahami model pembelajaran penemuan. Kesalahannya terletak pada anggapan bahwa siswa harus dibiarkan beraktivitas secara mandiri untuk menemukan pengetahuan yang akan diajarkan. Hal tersebut seringkali membuat para siswa menjadi membuang-buang waktu, bosan dan stres karena terlalu sulit bagi mereka. Sebenarnya pandangan guru bahwa siswa harus menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan adalah benar, sesuai dengan prinsip teori konstruktivis. Yang keliru adalah anggapan bahwa proses penemuan tersebut harus dilakukan sendiri tanpa adanya bantuan secara eksplisit.


Berdasarkan kenyataan itulah maka para ahli mengembangkan suatu model pembelajaran melalui penemuan namun dengan memberikan bantuan secara eksplisit kepada siswa. Model tersebut diberi nama model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery instructional model).

Teori yang melandasi model penemuan terbimbing adalah teori scaffolding dari Vygotsky dan para penerusnya (untuk lebih jelasnya silahkan baca artikel ini). Scaffolding adalah bantuan kognitif yang diberikan oleh orang yang lebih ahli (misalnya guru dan orang tua) agar anak lebih cepat mempelajari suatu pengetahuan atau keterampian baru. Dalam konsep ini bantuan harus tetap memberi anak ruang untuk berusaha aktif menemukan pengetahuan sendiri. Ketika bantuan yang diberikan terlalu berlebihan anak akan kehilangan kesempatan untuk berusaha dan belajar. Sebaliknya bantuan yang kurang memadai akan membuat situasi belajar terlalu sulit.

Tahap-tahap pembelajaran (sintaks) dalam model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
  1. Introduction and review. Guru membuka pembelajatan dengan menyajikan tujuan dan fokus dari belajar, serta mereview pembelajaran yang sebelumnya dilakukan. Pada aktivitas ini guru berperan dalam menarik perhatian dan mengaktifkan prior knowledge siswa.
  2. Open-ended phase. Guru memberikan contoh-contoh serta meminta siswa untuk melakukan pengamatan dan komparasi. Pada aktivitas ini guru mengarahkan siswa pada pengalaman yang akan membuat mereka dapat mengkonstruk pengetahuan. Selain itu guru mendorong untuk terjadinya interaksi sosial.
  3. Convergent phase. Guru memandu siswa dalam mencari pola-pola (konsep) pada sesuatu yang diamati dan dikaji.
  4. Closure. Dengan bimbingan guru, siswa menyusun definisi atau deskripsi mengenai konsep yang dipelajari.
  5. Aplication. Guru meminta siswa untuk menggunakan konsep yang telah dipelajari untuk menjelaskan peristiwa nyata lain yang berkaitan.
Salah satu perbedaan model ini dengan pembelajaran langsung adalah guru lebih sedikit menjelaskan tetapi lebih banyak bertanya sebagai bentuk bimbingan bagi siswa untuk berpikir dan beraktivitas. Jika model ini berhasil meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep, maka rasa tertarik mereka untuk belajar secara mandiri juga akan meningkat.

Referensi:
Eggen, P. & Kauchak, D. (2016). Educational Psychology, Windows on Classroom. Tenth Edition. Harlow, Essex: Pearson Education Limited

Gambar:
https://pixabay.com

No comments:

Post a Comment