Monday, 16 March 2020

Menemukan Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) Siswa

Istilah zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) atau yang disingkat ZPD memegang peran penting dalam teori belajar sosiokultur yang dikonstruk oleh psikolog Rusia Lev Vygotsky. Istilah ini menunjukkan suatu rentang kemampuan dimana seorang anak akan mampu mengerjakan suatu tugas dengan bantuan orang lain yang lebih ahli.


Vygotsky menyatakan bahwa seorang pengajar harus mencari dan mengetahui ZPD siswa agar dapat memberikan bantuan belajar. Jika pelajaran diberikan begitu saja sehingga tidak tepat pada ZPD siswa (terlalu mudah atau sebaliknya terlalu sulit) maka siswa tidak akan mengalami proses belajar yang optimal. Selain itu siswa akan mengalami kebosanan atau rasa tertekan selama belajar. Trauma dapat muncul sehingga semakin lama semakin sulit mengajak mereka belajar.

Sebenarnya bagaimana cara seorang pengejar menemukan ZPD siswa?

ZPD adalah suatu zona aktivitas (fisik maupun kognitif) yang baru dapat dilakukan siswa ketika mendapatkan bantuan tertentu. Pada pengantar pembelajaran guru dapat memberi siswa pertanyaan. Respon siswa dalam memberikan jawaban dapat menjadi bahan analisis guru mengenai batasan kemampuan mereka. Jika siswa benar-benar tidak bisa memberikan jawaban yang sesuai maka pengetahuan tersebut masih belum berada di ZPD. Demikian pula jika sebaliknya, jawaban menunjukkan pemahaman yang baik, itu berarti tidak berada di dalam ZPD siswa. Guru dapat menaikkan atau menurunkan level pembelajaran agar lebih sesuai dengan ZPD siswa. JIka kondisi ZPD siswa bervariasi Vygotsky menawarkan metode belajar kolaborasi agar siswa dapat bekerja sama dan semua mendapatkan kesempatan untuk belajar. 

Metode lain adalah meminta siswa untuk menirukan suatu penerapan keterampilan, Cara untuk menemukan ZPD mereka sama halnya dengan metode memberikan pertanyaan di atas.

Hal penting yang harus diperhatikan oleh guru menurut Vygotsky adalah mengenai kesesuaian pembelajaran dengan kultur siswa. Misalnya bahasa, guru harus memperhatikan bagaimana bahasa kultural siswa menyebut aktivitas, keterampilan, fenomena atau obyek yang dipelajari. Demikian pula dengan kesesuaian pelajaran di sekolah dengan kehidupan sehari-hari siswa. Terputusnya pelajaran dengan budaya asal siswa akan menjadikan pembelajaran kehilangan makna.

Referensi:
  1. Chaiklin, S. (2003). The Zone of Proximal Development in Vygotsky's Analysis of Learning and Instruction. Dalam Kozulin, A., Gindis, B., Ageyev, V.S. & Miller, S.M. (Ed.). Vygotsky's Educational Theory in Cultural Context. (pp. 39-64). Cambridge: Cambridge University Press.
  2. Woofolk, A. (2016). Educational Psychology. Thirteenth Edition. Harlow, Essex: Pearson Educationa Limited.
Gambar:
https://pixabay.com

No comments:

Post a Comment