Filsafat merupakan pengetahuan yang bersifat mendasar dan menyeluruh (holistik) sebagai hasil dari proses berpikir. Karena sifatnya yang mendasar dan holistik itulah maka filsafat sering dijadikan sebagai salah satu pemberi petunjuk manusia dalam menjalani hidupnya, atau minimal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Sebagai hasil berpikir, filsafat terus bergulir tak pernah berhenti (seperti halnya pengetahuan yang lain).
Filsafat juga dapat diartikan sebagai proses untuk menemukan kebenaran tertentu dengan menggunakan keterampilan berpikir (logika). Dalam sejarah, terdapat beberapa tokoh besar filsafat yang hasil pencarian akan kebenaran yang mereka lakukan ternyata berpengaruh luas pada pemikiran manusia setelahnya. Pemikiran-pemikiran besar tersebut membentuk suatu aliran (filsafat dengan ciri khas atau prinsip tertentu). Ia berpengaruh luas karena memang dapat diterima oleh pikiran banyak orang dan kemampuannya dalam menyentuh sendi-sendi kehidupan yang fundamental, misalnya pendidikan.
Salah satu aliran dalam filsafat pendidikan yang banyak dibahas adalah idealisme. Suatu aliran yang berasal dari zaman Yunani Kuno sekitar 4 abad sebelum masehi. Tokoh utama aliran idealisme adalah Plato (427-347 SM) yang banyak mendapatkan pelajaran dari gurunya, Sokrates. Aliran ini memandang bahwa realita (kenyataan) yang sesungguhnya adalah "ide" atau kebenaran yang ada di dalam pikiran dan jiwa manusia. Kursi secara fisik akan hancur akan tetapi kursi di dalam pikiran tidak akan berubah, begitulah contoh sederhananya.
Dalam pandangan idealisme, "ide" telah ada di dalam diri setiap manusia, namun belum disadari. Salah satu metode yang efektif untuk mengeluarkan ide tersebut adalah melalui dialog yang kritis. Tanya jawab yang hati-hati akan membawa seseorang menyadari suatu kebenaran yang tidak disadarinya selama ini. Sokrates mengatakan bahwa setiap orang pada dasarkan mengandung (hamil) kebenaran. Tugas filsuf mirip dengan seorang bidan yang membantu seorang ibu melahirkan.
Dalam sistem pendidikan, idealisme menganjurkan untuk lebih terfokus pada aktivitas intelektual, moral dan etika sebagai wujud dari ide di dalam diri manusia. Ide-ide dasar di dalam diri manusia (intelektual, moral dan spiritual) itulah yang sangat dibutuhkan dalam menuntun kehidupan siswa kelak di masyarakat. Aliran ini tentu kurang setuju jika yang diutamakan dalam pendidikan adalah aspek eksternal dan material misalnya pekerjaan atau profesi.
Referensi:
Ebert, E.S. & Culyer, R.C. (2014). School, An Introduction to Education. Belmont CA: Wadsworth Cengage Learning
Gambar:
https://pixabay.com
No comments:
Post a Comment