Para mahasiswa pendidikan, para peneliti dan juga guru tentu tidak asing dengan istilah scaffolding. Merupakan suatu teknik bantuan belajar yang diberikan oleh seorang guru atau pihak yang lebih ahli kepada siswa atau pelajar. Dasar dari teknik scaffolding adalah teori sosiokultur Vygotsky yang berprinsip bahwa belajar terutama terjadi melalui interaksi sosial dalam konteks kultur yang sama, dimana seorang anak akan dibimbing oleh orang-orang yang lebih ahli di sekitarnya melalui peralatan kultural yaitu bahasa.
Dalam scaffolding seorang guru hanya memberikan bantuan seperlunya, sehingga siswa dapat berjuang untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Bantuan yang berlebihan hanya akan membuat siswa tidak berbuat apapun, dan akhirnya tidak akan belajar apapun.
Namun bagaimana scaffolding dilakukan? Secara teknis Astington dan Rogoff menyebutkan beberapa teknik scaffolding yang dapat dilakukan oleh guru yang hendak membimbing siswanya.
- Memancing motivasi dan rasa tertarik siswa untuk mempelajari suatu kemampuan yang akan diajarkan.
- Menyederhanakan kemampuan yang akan diajarkan menjadi beberapa bagian yang dapat dipelajari setahap demi setahap sehingga lebih mudah.
- Berupaya tetap mempertahankan rasa tertarik siswa.
- Menandai kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan memberikan petunjuk untuk memperbaikinya.
- Mengendalikan frustasi yang dialami siswa dengan tidak menyebut-nyebut kesalahan yang dilakukan siswa.
- Mencontohkan suatu solusi mengenai sebuah kesalahan.
Referensi:
Bigner, J.J., & Gerhardt, C. (2014) Parent-Child Relations, An Introduction to Parenting. Ninth Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.
Gambar:
https://pixabay.com
No comments:
Post a Comment