Semua orang, tua ataupun muda, menyukai hadiah dan pujian. Di kelas, para siswa akan sangat senang jika ia memperoleh hadiah atau tambahan nilai jika melakukan suatu tugas yang diberikan oleh guru. Untuk membuat kelas menjadi ramai oleh diskusi seringkali guru memberikan reward berupa tambahan nilai atau bahkan hadiah tertentu bagi yang sangat aktif.
Demikian pula dengan orang tua. Hadiah demi hadiah digunakan untuk memberi semangat kepada anak-anak mereka agar belajar dan menguasai keterampilan tertentu. Cara ini termasuk cukup efektif (terlihat nyata hasilnya). Dalam psikologi pendidikan metode ini disebut dengan positive reinforcement yaitu dengan pemberian reward untuk perilaku yang diharapkan muncul.
Namun sisi negatif dari penggunaan reward juga perlu diketahui oleh guru dan orang tua, agar dapat bijak menggunakannya. Benarkah reward memiliki kelemahan atau dampak negatif bagi anak?
Salah satu kelemahan dari penggunaan reward menurut beberapa peneliti seperti Kohn, Caine dan Caine adalah keampuhannya hanya berlaku pada tugas-tugas jangka pendek dan sederhana. Adapun untuk tugas yang sangat sulit biasanya reward kurang bermanfaat. Hal ini dapat kita temui pada kelas atau individu yang menganggap tugas yang diberikan adalah sulit dan lama, maka reward kurang berdampak. Untuk tugas semacam itu yang lebih efektif adalah motivasi dari dalam diri (intrinsik).
Dampak negatif dari reward yang utama adalah kemungkinan untuk mengecilnya motivasi intrinsik ketika anak atau siswa telah terbiasa melakukan sesuatu atau mempelajari sesuatu atas dasar iming-iming hadiah atau reward tertentu. Bukankah dengan demikian kita justru menghilangkan sesuatu yang sangat berharga dalam diri anak? Dalam kehidupan manusia motivasi intrinsik merupakan sesuatu yang sangat penting untuk perkembangan diri.
Terkait dengan hasil-hasil penelitian (misalnya Kohn, Caine, Walker, dan Ormrod) menunjukkan bahwa tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa reward dapat membuat pembelajaran menjadi benar-benar mendalam dan bermakna. Sebaliknya, banyak bukti yang menunjukkan bahwa motivasi intrinsik secara kondusif membuat kelas menjadi aktif, mendukung berpikir kritis, pemecahan masalah serta memori jangka panjang.
Dengan demikian, sebaiknya guru dan orang tua berhati-hati dalam memberikan reward. Jangan menjadikannya satu-satunya cara memotivasi anak. Lebih utamakan untuk menggunakan motivasi intrinsik.
Sumber Pustaka:
Churchill, R., dkk. (2016) Teaching Making a Difference. Third edition. 42 McDougall St, Milton Qld 4064: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
Sumber Gambar:
https://pixabay.com