Beberapa puluh tahun terakhir, telah muncul kajian mengenai otak dan cara kerjanya. Saat ini orang-orang mengenalnya dengan istilah neurosains. Salah satu temuan penting dari studi mengenai cara kerja otak adalah perbedaan sifat antara belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kemungkinan besar para pembaca telah mengetahui (atau paling tidak pernah mendengar) kajian ini.
Ternyata belahan otak kanan dan kiri manusia, menurut penelitian, berbeda sifat dan fungsi. Otak kanan lebih berfungsi pada aktivitas bepikir visual, nonverbal, spasial, divergen dan intuitif. Sedangkan otak kiri berfungsi pada aktivitas berpikir verbal, logis, katagorikal, detail dan konvergen. Otak kanan lebih pada kreativitas sedangkan otak kiri pada analitis. Pada aktivitas sederhana, contohnya adalah otak kanan berfungsi dalam mengenali wajah seseorang sedangkan otak kiri pada bagaimana mengingat namanya.
Riset-riset juga semakin menguatkan bahwa fungsi intelektual manusia akan terimplementasi dengan baik jika kedua belah otaknya sama-sama berfungsi secara kooperatif. Ibaratnya tim ganda badminton, keduanya harus bekerja sama untuk dapat memenangkan berbagai tugas dan persoalan.
Sejak lama sekolah-sekolah lebih memfokuskan diri untuk mengaji kemampuan atau keterampilan berbasis belahan otak kiri. Akibatnya banyak kita temui bagaimana semakin tinggi sekolah seseorang justru semakin menurun kreativitasnya. Semakin ia tidak dapat mengembangkan ide-ide karena terpaku oleh teori atau pengetahuan yang didapatnya dari sekolah.
Setelah pemahaman masyarakat mengenai bagaimana kinerja otak kanan dan kiri semakin baik, maka tuntutan untuk lebih menyeimbangkan pembelajaran pada kecenderungan kedua belahan otak semakin menguat. Sayangnya mengajarkan kemampuan otak kanan ternyata lebih sulit, terutama pada guru-guru yang tidak mampu keluar dari buku teks pegangan mereka.
Merancang pembelajaran yang berorientasi kreativitas, tidak bisa hanya terpaku pada buku teks karena nuansa kreatif sangan berkaitan dengan konteks lingkungan dan kepribadian siswa. Banyak kita temui metode-metode pembelajaran kreatif ditulis pada buku pengajaran, namun percayalah jika metode-metode itu diterapkan secara langsung (dengan kata lain diterapkan secara tidak kreatif) hasilnya akan jauh dari harapan.
Walaupun demikian Hines (1991) dan Sylwester (2007) menyebutkan bahwa belum ada bukti kuat bahwa pelajaran berorientasi kinerja otak kanan pasti akan meningkatkan kreativitas siswa. Tapi tetap saja pembelajaran kreatif menjanjikan suatu terobosan yang penuh harapan bagi guru dan orang tua. Terutama di zaman dimana kerja manual telah semakin sedikit dibutuhkan.
Buku Rujukan:
Orlich, D.C., Harder, R.J., Callahan, R.C., Trevisan, M.S., & Brown, A.H. (2010). Teaching Strategies: A Guide to Effective Instruction. Ninth Edition. Boston: Wadsworth Cengage Learning
Gambar:
https://pixabay.com
No comments:
Post a Comment