Saturday, 6 May 2017

Validitas Asesmen

Satu aspek yang sangat menentukan kualitas dari asesmen yang digunakan oleh guru adalah validitasnya. Validitas dapat diartikan sebagai ketepatan asesmen untuk menilai kemampuan siswa. Atau dengan kata lain, apakah asesmen tersebut benar-benar menilai kemampuan yang memang hendak dinilai? Sebagai contoh, guru hendak menilai kemampuan siswa dalam memahami konsep dasar fotosintesis. Asesmen dikatakan tidak valid jika ternyata yang dinilai bukan pemahaman siswa melainkan daya hafal mereka akan fotosintesis atau lebih jauh mengenali berbagai organ yang terlibat dalam proses fotosintesis.


Validitas asesmen bersifat abstrak, artinya tidak terlihat secara langsung pada instrumen yang digunakan oleh guru untuk menilai. Untuk mengetahui apakah suatu asesmen valid atau tidak, kita membutuhkan bukti-bukti yang mengindikasikan validitas asesmen tersebut. Tiga katagori validitas yang dapat kita cari bukti-buktinya meliputi validitas konstruk, validitas isi dan validitas kriteria.

Validitas konstruk berkaitan dengan bukti-bukti apakah kemampuan siswa yang dinilai memang merepresentasikan indikator-indikator kemampuan atau konstruksi psikologis yang diharapkan oleh guru. Validitas isi menunjukkan seberapa baik konten dari pertanyaan, tugas, oservasi dan elemen lain dari asesmen berkaitan dengan kemampuan siswa yang hendak dinilai. Validitas kriteria mengindikasikan seberapa baik kemampuan siswa pada asesmen yang dilakukan berkorelasi dengan kemampuan mereka yang diukur berdasarkan kriteria eksternal tertentu, misalnya pemahaman guru akan kemampuan siswa sebelumnya.

Ketiga katagori validitas tersebut membutuhkan prosedur yang berbeda untuk mengumpulkan bukti-buktinya. Meskipun berbeda, namun ketiga katagori validitas tersebut berkaitan, sehingga asesmen yang berkualitas seharusnya memiliki validitas pada ketiga-tiganya.

Referensi:

Oosterhof, A. (2003). Developing and Using Classroom Assessmen. Edisi 3. Upper Saddle River: Pearson Education, Inc.

No comments:

Post a Comment