Satu aspek yang sangat menentukan
kualitas dari asesmen yang digunakan oleh guru adalah validitasnya. Validitas
dapat diartikan sebagai ketepatan asesmen untuk menilai kemampuan siswa. Atau
dengan kata lain, apakah asesmen tersebut benar-benar menilai kemampuan yang
memang hendak dinilai? Sebagai contoh, guru hendak menilai kemampuan siswa
dalam memahami konsep dasar fotosintesis. Asesmen dikatakan tidak valid jika
ternyata yang dinilai bukan pemahaman siswa melainkan daya hafal mereka akan
fotosintesis atau lebih jauh mengenali berbagai organ yang terlibat dalam
proses fotosintesis.
Validitas asesmen bersifat
abstrak, artinya tidak terlihat secara langsung pada instrumen yang digunakan
oleh guru untuk menilai. Untuk mengetahui apakah suatu asesmen valid atau
tidak, kita membutuhkan bukti-bukti yang mengindikasikan validitas asesmen
tersebut. Tiga katagori validitas yang dapat kita cari bukti-buktinya meliputi
validitas konstruk, validitas isi dan validitas kriteria.
Validitas konstruk berkaitan
dengan bukti-bukti apakah kemampuan siswa yang dinilai memang merepresentasikan
indikator-indikator kemampuan atau konstruksi psikologis yang diharapkan oleh
guru. Validitas isi menunjukkan seberapa baik konten dari pertanyaan, tugas,
oservasi dan elemen lain dari asesmen berkaitan dengan kemampuan siswa yang
hendak dinilai. Validitas kriteria mengindikasikan seberapa baik
kemampuan siswa pada asesmen yang dilakukan berkorelasi dengan kemampuan mereka
yang diukur berdasarkan kriteria eksternal tertentu, misalnya pemahaman guru
akan kemampuan siswa sebelumnya.
Ketiga katagori validitas
tersebut membutuhkan prosedur yang berbeda untuk mengumpulkan bukti-buktinya.
Meskipun berbeda, namun ketiga katagori validitas tersebut berkaitan, sehingga
asesmen yang berkualitas seharusnya memiliki validitas pada ketiga-tiganya.
Referensi:
Oosterhof, A. (2003). Developing and Using Classroom Assessmen.
Edisi 3. Upper Saddle River: Pearson Education, Inc.
No comments:
Post a Comment