Monday, 15 May 2017

Tony Buzan: Setiap Manusia Terlahir Sebagai Seorang Seniman

Kita umumnya membayangkan bahwa seniman adalah seorang dengan kemampuan yang luar biasa di bidang lukisan, bahasa atau musik. Jika anda ditanya apakah anda memiliki bakat di bidang seni, tentu jawabannya tidak. Hal inilah yang diperoleh Tony Buzan (penulis dan ahli kognisi yang sangat populer dengan teknik mind mapping) dalam penelitiannya mengenai pendapat masyarakat luas tentang seniman.

Dalam survey yang dilakukan oleh Tony Buzan di berbagai negara, dia mendapatkan temuan yang ternyata hampir sama, tidak peduli kebangsaan, ras atau usianya. Mereka menganggap bahwa seniman adalah suatu talenta bawaan yang luar biasa yang tidak dapat mereka pelajari. Dan hampir semua menjawab bahwa mereka tidak memiliki bakat untuk menjadi seorang seniman. Ha inilah yang menurut Tony Buzan keliru.

Semua Anak Terlahir Kreatif

Semua manusia terlahir dengan kemampuan berbeda dan memiliki kesesuaian dengan bidang kerja yang juga berbeda-beda. Di dalam setiap bidang mereka itulah sebenarnya mereka memiliki bakat untuk menjadi seorang seniman. Karena semua pekerjaan pada dasarnya adalah seni. Jangan dibayangkan bahwa seni hanya adalah tentang lukisan, sastra atau musik. Memasak, bercocok tanam, mengajar, berjualan dan bahkan perang adalah seni.

Seorang seniman dituntut kreatif, demikian pula dengan setiap bidang pekerjaan. Kita akan mendapatkan hasil yang maksimal melalui kreativitas. Tony Buzan tidak memandang kreativitas sebagai kemampuan menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru. Kita ambil contoh pada seorang bayi yang baru pertama kali belajar berbicara. Jika ia memanggil ibunya dengan kata “ibu” atau “mama,” maka apakah ibunya akan menganggap si bayi tidak kreatif karena menggunakan kata panggil yang sama seperti bayi-bayi lain? Tentu tidak. Buzan mengatakan bahwa meniru tetap merupakan kemampuan pokok semua manusia. Hampir semua hal kita lakukan dengan cara meniru. Kreativitas menurut buzan adalah menambahkan sesuatu yang baru atau berbeda sesuai dengan keunikan kita di atas sesuatu yang sama atau biasa tersebut.

Dalam pendidikan, seringkali guru tidak memahami kondisi ini. Ia justru menjadi marah ketika mendapatkan siswanya melakukan sesuatu yang berbeda dengan yang diajarkan. Lama-kelamaan siswa menjadi tidak berani berkreasi dan hanya menjadi penurut. Yang lebih parah, mereka melampiaskan hasrat kreatif tersebut untuk hal lain yang merusak. Itulah yang dinamakan dengan sekolah yang membunuh kreativitas.

Yang terbaik, guru mempelajari cara-cara agar kreativitas yang sebenarnya telah dimiliki anak sejak lahir dapat tersalurkan dan terbimbing. Minimal, mereka tidak merasa takut untuk berkreasi.

Referensi:
Buzan, Tony. (2001). The Power of Creative Intelligence. Thorsons Publishing.

No comments:

Post a Comment