Thursday, 11 May 2017

Makna Sekolah di Mata Anak-anak Putus Sekolah

Permasalahan anak putus sekolah masih menjadi salah satu permasalahan yang cukup rumit bagi Indonesia. Apalagi berdasarkan data UNICEF jumlah anak putus sekolah di Indonesia masih merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Anak-anak putus sekolah biasanya akan bermigrasi ke kota-kota besar untuk bekerja di sana. Setelah bekerja, tentu saja pekerjaan kasar, maka mereka akan semakin sulit untuk diajak kembali bersekolah.

Mengatasi permasalahan anak putus sekolah tidak cukup hanya dengan menggunakan pendekatan top down, misalnya mengadakan program-program pendidikan khusus seperti kejar paket biasa. Sebaiknya dilakukan suatu kajian mendalam mengenai bagaimana pandangan anak-anak putus sekolah terhadap sekolah itu sendiri serta permasalahan apa yang mereka hadapi untuk kembali bersekolah.

Penelitian fenomenologi mengenai makna sekolah dalam pandangan anak putus sekolah dan hambatan apa yang membuat mereka tidak mau kembali bersekolah, dilakukan oleh Habibi dan Setiawan (2017) di kota Yogyakarta. Dengan partisipan sebanyak lima orang anak putus sekolah yang bekerja di kota Yogya ditelusuri secara mendalam apa sebenarnya makna sekolah bagi anak-anak tersebut.


Temuan dari penelitian ini memunculkan empat tema mengenai makna sekolah bagi anak-anak putus sekolah yaitu: (1) tempat mendapatkan banyak teman, (2) menyenangkan orang tua, (3) memperoleh ijazah dan (4) tempat untuk belajar. Dari keempat tema ini kita para pendidik mungkin terkejut karena berbeda dengan pandangan umum selama ini yang mungkin menganggap sekolah hanya sebagai tempat belajar mengajar atau paling jauh untuk memperoleh ijazah. Ternyata bagi anak-anak terdapat makna yang jauh lebih dominan, yaitu tempat mereka mendapatkan banyak teman serta untuk menyenangkan orang tua.

Berdasarkan temuan tersebut alangkah baiknya penanganan anak-anak putus sekolah tidak hanya berorientasi pada pandangan kita sebagai pendidik atau pandangan diri para penentu kebijakan. Perspektif anak-anak putus sekolah itu sendiri sebaiknya mendapatkan perhatian untuk menghasilkan program atau kebijakan yang lebih efektif. Penelitian-penelitian lebih lanjut, baik kuantitatif, kualitatif ataupun pengembangan juga akan lebih memperkaya informasi yang dibutuhkan untuk keberhasilan program pengentasan serta pencegahan anak putus sekolah.

Referensi:

Habibi. Setiawan, Caly. (Mei, 2017). The Meaning of School from Dropout’s View Point (A Phenomenological Study). Makalah disajikan dalam International Conference on Educational Research and Innovation (ICERI), di Universitas Negeri Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment