Wednesday, 14 September 2016

Fungsi Asesmen bagi Pembelajaran

Setiap guru pasti mengadakan ulangan atau ujian. Setelah ulangan atau ujian tersebut maka siswa akan memperoleh nilai berdasarkan kemampuan mereka menyelesaikan soal-soal (umumnya). Berdasarkan nilai itulah akan terlihat mana siswa yang belajarnya bagus dan mana yang tidak. Nilai ulangan atau nilai raport dikenal juga dengan nilai prestasi belajar. 


Mungkin masih banyak guru yang hanya menggunakan asesmen untuk menentukan prestasi belajar siswa saja (grading). Padahal jika kita mau mendalami lebih lanjut, asesmen sebagian besar digunakan untuk belajar itu sendiri. Yaitu melalui informasi yang diperoleh setelah asesmen guru dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya atau fungsi-fungsi yang lain. Asesmen sendiri dapat difenisikan sebagai proses untuk memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengambil keputusan mengenai siswa, kurikulum, program, sekolah atau bahkan kebijakan pendidikan.

Brookhart dan Nitko (2008) menjelaskan bahwa terdapat banyak fungsi asesmen. Berikut ini adalah fungsi-fungsi tersebut:
  1. Merancang target pembelajaran. Melalui soal atau kinerja yang disusun dalam asesmen saat merancang pembelajaran, guru dapat menentukan secara spesifik kemampuan seperti apa yang akan menjadi target pembelajaran. 
  2. Memotivasi siswa. Asesmen juga dapat digunakan untuk mendorong dan memotivasi siswa untuk terus belajar. Agar terpenuhi fungsi ini maka asesmen yang dibuat harus benar-benar sesuai level kesulitannya dengan kemampuan siswa (tidak terlalu sulit atau terlalu mudah).
  3. Memberi umpan balik pada siswa. Berdasarkan asesmen yang dilakukan, guru dapat memberikan umpan balik pada siswa tentang bagaimana kesalahan yang harus diperbaiki agar kemampuan belajarnya lebih meningkat lagi. Salah satu jenis asesmen yang berfungsi untuk ini adalah tes diagnostik, untuk lebih jelasnya silahkan baca atau download pada link ini http://metastead.com/3mCs
  4. Memberi umpan balik pada guru. Hasil asesmen juga akan memberikan informasi kepada guru tentang bagaimana kualitas mengajarnya. Jika siswa belum mencapai tujuan pembelajaran, maka guru dapat mengadakan remidi. Sebalinya, jika siswa telah menguasai tujuan pembelajaran di awal maka guru dapat memberikan materi pengayaan.
  5. Memperingkat atau memberi nilai prestasi belajar. Melalui asesmen guru dapat menentukan bagaimana prestasi belajar siswa. Nilai dapat berupa angka (misalnya 1-100) atau huruf (misalnya A-E).
  6. Menyeleksi atau menempatkan siswa. Asesmen seperti ini biasanya diberikan di awal masuk sekolah, untuk menentukan apakan seorang calon siswa diterima atau tidak, atau apakah akan ditempatkan di kelas atas atau bawah (jika sekolah tersebut membagi kelas berdasarkan level kemampuan).
  7. Bimbingan karir siswa. Melalui nilai-nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa dapat dibimbing untuk secara rasional mengeksplorasi dan menentukan karir atau jenis pendidikan lanjut yang akan dipilihnya.
Dengan demikian, seorang guru dapat melakukan banyak hal dari informasi yang didapatkannya melalui asesmen. Tentu saja untuk dapat memperoleh fungsi-fungsi asesmen di atas, terdapat keterampilan-keterampilan khusus yang harus dikuasai.


Buku Rujukan:
Brookhart, Susan M. & Nitko, Anthony J. 2008. Assessment and Grading in Classroom. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall

No comments:

Post a Comment