Saturday, 24 September 2016

Berpikir Kritis

Saat ini banyak kita temui konflik antara beberapa orang atau kelompok orang disebabkan oleh sebuah informasi yang belum jelas kebenarannya. Apalagi jika informasi tersebut menyangkut perbedaan agama, politik, kepentingan ekonomi atau adat budaya. Di sinilah dibutuhkan kemampuan untuk berpikir kritis, sehingga kita tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan-tindakan tidak perlu disebabkan oleh sebuah informasi yang belum benar-benar jelas.

Dalam bidang kehidupan yang lain kita juga sering dihadapkan pada masalah yang menuntut kemampuan berpikir kritis. Jika anda seorang pedagang atau petani, maka barang apa yang hendak anda beli atau tanaman apa yang cocok untuk musim ke depan tentu membutuhkan kemampuan berpikir secara kritis. Jika tidak, tentu kerugian finansial atau gagal panen yang akan diperoleh.

Seseorang yang berkecimpung di dunia akademik juga tidak bisa tidak, membutuhkan kemampuan berpikir kritis. Baik sebagai siswa ataupun guru, sama-sama membutuhkan kemampuan tersebut.


Apakah berpikir kritis itu? Mungkin banyak definisi yang disajikan oleh para ahli di buku-buku yang berbeda. Dalam artikel ini berpikir kritis diartikan sebagai suatu proses berpikir secara efektif untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi argumen-argumen atau klaim tertentu sehingga menghasilkan kesimpulan untuk mendukung keputusan yang rasional dan tepat, terkait dengan keyakinan dan apa yang akan dilakukan (Bassham, dkk., 2011).

Beberapa standar dari berpikir kritis menurut Bassham, dkk. (2011) adalah jelas, teliti, tepat, relevan, konsistens, logis, lengkap dan jujur.

Ahli yang lain lebih menekankan berpikir kritis sebagai sebuah proses. Fisher (dalam McGregor, 2007) menyebutkan beberapa tahapan dari proses berpikir kritis sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasi unsur-unsur dari sebuah kasus, argumen atau klaim.
  2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
  3. Memperjelas dan menginterpretasi ide-ide atau ekspresi.
  4. Menetapkan akseptabilitas dan kredibitas dari klaim.
  5. Mengevalusi argumen dari sumber yang lain.
  6. Menganalisis, mengevaluasi dan mengambil keputusan.
  7. Menggambarkan inferensi.
  8. Membuat argumen.
Dalam pembelajaran, Fisher menggunakan strategi diskusi untuk mengambangkan kemampuan berpikir kritis pada diri siswa. Permasalahan disajikan dengan jelas dan memiliki beberapa sudut pandang sehingga siswa dapat melakukan analisis dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Guru sesekali memberi arahan terutama dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan yang membuat siswa berpikir lebih jauh.

Pembelajaran untuk bidang sains dan matematika tentu saja memiliki pendekatan dan strategi yang berbeda untuk mengajarkan keterampilan berpikir kritis. Walaupun begitu, secara esensial tidak akan mengubah dasar-dasar seperti yang disebutkan di atas.


Referensi:
  1. Bassham, Gregory. Irwin, William. Nardone, Henry. Wallace, James M. (2011) Critical Thinking, a Student's Introduction. Edisi Keempat. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
  2. McGregor, Debra. (2007) Developing Thinking, Developing Learning. New York: Open University Press.

No comments:

Post a Comment