Wednesday, 6 January 2016

Prinsip Pendidikan Taman Siswa

Taman siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (nama aslinya Suwardi Suryaningkat) pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah ini merupakan perwujudan perjuangan Ki Hadjar dan teman-temannya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia. Prinsip-prinsip dasar Taman Siswa menjadi pondasi pendidikan nasional hingga saat ini.

Prinsip utama pengajaran di Taman Siswa adalah tutwuri handayani yang artinya berjalan di belakang. Seorang guru (pamong) harusnya memberikan ruang kebebasan pada siswa untuk mengekspresikan potensi dirinya dalam belajar. Jika memang dibutuhkan, guru akan memberikan pertolongan atau peringatan ketika siswa menyimpang dari tujuan utama dan mengalami suatu bahaya. Seorang guru tidak mendoktrin atau memaksa siswa melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kecenderungan dasar dirinya yang positif. Untuk itu guru harus mengenal bagaimana karakter dan potensi siswa-siswanya sehingga dapat mengarahkan mereka secara tepat tanpa harus mendoktrin, memaksa atau menekan.

Prinsip pengajaran yang kedua adalah ing madya mangun karsa  yang artinya bersama siswa membangun semangat. Pada prinsip ini guru harus dapat membangun kedekatan dan berinteraksi secara intens dengan para siswanya dalam rangka memberi mereka semangat belajar. Proses belajar yang sungguh-sungguh dan konsisten adalah suatu proses yang berat dan membutuhkan tekad kuat. Dalam hal ini tugas guru adalah memompa semangat ke dalam jiwa mereka. Bahwa mereka bisa melalui semua tugas berat dan berhasil. Memotivasi siswa tidak cukup hanya dengan memberi mereka nasehat dan ujar-ujar di depan kelas. Guru harus lebih dekat pada siswa. Mau berinteraksi dengan mereka di manapun, mendengarkan keluh kesah dan permasalahan yang mereka hadapi dan secara hati-hati memberikan solusi yang bijak. Dalam interaksi seperti itu siswa akan lebih mau mendengar.

Prinsip pengajaran yang ketiga adalah ing ngarsa sung tuladha artinya di depan memberi teladan. Perlu diketahui bahwa apa yang guru ucapkan dan instruksikan kepada siswa belum berdaya dorong jika tanpa bukti. Guru harus membuktika semua ucapannya dengan menjadi teladan. Guru mengajarkan kejujuran dan kedisiplinan tidak hanya dengan petuah tetapi juga sikap jujur dan disiplin dalam kehidupan sehari-harinya. Konsistensi antara ucapan dan perbuatan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi jiwa dan kepribadian siswa. 

Sekolah membutuhkan sarana dan biaya, itu benar adanya. Namun prinsip Ki Hadjar Dewantara untuk pemenuhan sarana sekolah harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitarnya. Karena sekolah dengan sarana bagus namun pada akhirnya tidak dapat dijangkau oleh rakyat menurut Ki Hadjar akan menyeleweng dari tujuan awal pendidikan. Oleh karenanya di zaman itu banyak berdiri sekolah taman siswa yang kondisinya sangat sederhana namun dengan antusias diikuti oleh masyarakat.

Kondisi Masyarakat Menjadi Pertimbangan Utama Pemenuhan sarana Sekolah


Buku Rujukan:
Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Jilid I. Yogyakarta: LKIS

No comments:

Post a Comment