Friday, 29 January 2016

Penerapan Teori Tujuan Martin Ford untuk Memotivasi Siswa

Manusia adalah makhluk dengan akal dan keinginan-keinginan. Ada perilaku yang sifatnya responsif, artinya hanya menyesuaikan dengan tuntutan sekitar. Namun perbedaan makhluk berakal adalah terutama pada tujuan yang dibuatnya. Jika hewan mencari makan atau berkelahi karena tuntutan biologisnya saat itu, maka manusia yang lapar justru dapat berperilaku tidak mencari makan karena memiliki tujuan yang lain.

Berdasarkan contoh di atas, kita menyadari bahwa tujuan memegang peranan penting dalam memotivasi perilaku manusia. Dengan mengetahui tujuan-tujuan dan kemudian mengarahkan tujuan tersebut, kita sebagai guru kemungkinan besar dapat memotivasi siswa dengan lebih permanen. Jika kita dapat membuat siswa membangun tujuan belajarnya sendiri, maka tanpa adanya tekanan dari siapapun mereka akan terus belajar. Sungguh sangat berharga suatu tujuan bagi hidup manusia.

Belajar karena tujuan internal, bukan karena paksaan, akan lebih tahan lama

Tujuan adalah sebuah komitmen yang dibuat oleh seseorang terhadap dirinya sendiri untuk mencapai hasil tertentu. Tujuan-tujuan tertentu bersifat jangka pendek, misalnya seseorang melakukan permainan tertentu untuk mencapai kesenangan sedangkan orang yang lain melakukan permainan tersebut untuk dapat menerima gaji (karena permainan itu sebagai pekerjaannya). Pada situasi yang lain tujuan dapat bersifat jangka panjang, misalnya seorang anak SD memiliki tujuan untuk bekerja di bidang seni kelak ketika sudah dewasa.

Martin Ford tahun 1992 mengklasifikasikan tujuan-tujuan manusia menjadi 24 tujuan yang kemudian dikelompokkan menjadi enam katagori.
  1. Tujuan afektif: hiburan, ketenangan, kebahagiaan, kesenangan inderawi dan kesejahteraan fisik.
  2. Tujuan kognitif: memuaskan rasa ingin tahu, mencapai pemahaman, tertarik dalam kreativitas intelektual, mempertahankan penilaian diri yang positif.
  3. Tujuan subyektif: penyatuan (pengalaman spiritual akan harmoni dengan orang, alam atau kekuatan yang lebih tinggi), transendensi (pengalaman yang luar biasa tentang keberfungsian diri yang melebihi pengalaman sehari-hari).
  4. Tujuan penegasan diri secara sosial: pengalaman individualitas, kebebasan diri, superioritas dan kepemilikan.
  5. Tujuan hubungan sosial: rasa saling terikat, tanggung jawab sosial, keadilan dan kedermawanan.
  6. Tujuan penyelesaian tugas: penguasaan, kreativitas, manajemen, perolehan meterial dan keamanan.
Jumlah tujuan yang sangat banyak tersebut membuat teori Ford memang terkesan tidak praktis. Terutama karena masing-masing tujuan tersebut memiliki penjelasan yang berbeda secara detail dan mendalam. Namun kelebihannya bagi guru adalah kemampuan teori tersebut untuk melihat tujuan-tujuan mana yang lebih sesuai diarahkan pada siswa. Semakin banyak alternatif tujuan, guru dapat mengarahkan siswa pada tujuan yang lain ketika suatu tujuan yang biasa terasa sulit untuk dicapai dan membuat stres.

Aplikasi teori tujuan dalam pembelajaran di kelas antara lain:
  1. Memberi penekanan kepada siswa untuk lebih terarah pada tujuan-tujuan yang bersifat penguasaan suatu kemampuan daripada penegasan ego di antara teman-temannya.
  2. Guru dapat meminimalisir stres yang dialami siswa karena adanya tuntutan eksternal, yaitu dengan menanamkan tujuan-tujuan belajar yang lebih realistis.
  3. Mencegah siswa untuk membentuk tujuan sekedar mencari aman dalam mengerjakan tugas atau aktivitas belajar.

Buku Rujukan:
Brophy, Jere. 2010. Motivating Students to Learn. Edisi Tiga. New York: Routledge

No comments:

Post a Comment