Belajar untuk mengalami perkembangan diri bukan hanya proses yang dialami siswa. Semua sarjana pendidikan yang kemudian diterima di sebuah sekolah untuk mengajar, juga mengalami suatu proses belajar yang tidak kalah berat. Guru baru umumnya tidak langsung diperkenankan mengajar (meskipun ia telah mengalami praktik mengajar atau bahkan PPG). Mulai dari seorang guru baru yang masih belum benar-benar profesional, guru harus belajar meningkatkan kemampuan mengajarnya hingga akhirnya ia layak mengajar dan ujung-ujungnya mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai guru profesional (mendapat sertifikat guru profesional).
Aktivitas Pengarahan dari Guru
(Sumber Gambar: Arends, 2012)
Bagaimana umumnya tahap perkembangan yang dilalui guru untuk menjadi seorang guru profesional? tema ini menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk dikaji. Dalam tulisan ini akan diuraikan temuan dari beberapa penelitian yang dilakukan Fuller (1969), Sharon Feiman-Nemser (1983) serta Richardson-Plasier (2001). Guru baru yang belajar untuk meningkatkan kualitas keguruannya akan mengalami tiga tahapan sebagai berikut.
Tahapan awal (survival stage)
Adalah tahapan awal-awal guru mulai mengajar. Pada tahapan ini pikiran guru baru biasanya lebih terfokus pada diri sendiri. Umumnya rasa khawatir bahwa performa mengajarnya tidak dapat diterima oleh siswa ataupun supervisornya masih sangat besar. Yang diinginkan kelas berjalan benar-benar sesuai RPP tanpa ada penecualian. Mimpi buruk dari guru baru di fase awal ini adalah pada siswa-siswa yang sulit diatur, akibatnya memang emosi menjadi cepat menguasai.
Tahapan penguasaan kelas (teaching situation stage)
Pada tahapan ini guru telah mulai dapat menguasai kelas, sehingga pikirannya tidak lagi terlalu fokus pada performa diri. Interaksi dengan siswa dan pengaturan kelas menjadi perhatiannya. Guru pada fase ini mencoba mempelajari bagaimana menghadapi berbagai permasalah-permasalahan yang kemungkinan dapat mengganggu kondisi pembelajaran seperti alokasi waktu yang tidak sesuai, jumlah siswa yang terlalu banyak, ketersediaan media dan bahan ajar dan lain sebagainya.
Tahapan guru ahli (student result and mastery stage)
Pada tahapan ini guru telah mengalami kematangan dalam profesi mengajarnya. Kematangan ditunjukkan dari kemampuannya untuk menguasai diri dan situasi pembelajaran, bahkan lebih dari itu pikiran guru pada tahapan ini lebih banyak tercurah pada diri siswa. Ia sudah benyak mengevaluasi apakah perkembangan kognitif, sosial dan emosional siswa telah berjalan baik atau belum. Strategi kepengajarannya juga lebih diarahkan pada kebutuhan siswa, bukan lagi pada keteraturan kelas (karena hal tersebut sudah dapat dengan mudah dilakukannya). Yang paling puncak adalah adanya suatu tanggung jawab yang besar untuk menjamin proses belajar siswa.
Secara sederhana teori perkembangan kemampuan guru di atas dapat dideskripsikan sebagai perkembangan penguasaan performa diri, kemudian penguasaan lingkungan mengajar dan akhirnya pemenuhan tanggung jawab terhadap kebutuhan siswa. Secara bertahap perhatian guru berpindah dari diri sendiri menuju lingkungan mengajar hingga akhirnya kepada diri siswa sebagai manusia yang belajar
Setiap guru pasti mengalami kejadian yang unik dalam proses perkembangan kemampuan mengajarnya. Satu orang dengan orang lain berbeda, tidak hanya dari aspek peristiwa namun juga dari waktu yang dibutuhkan. Keseriusan dan kesungguhan hati untuk belajar tentu menjadi kunci keberhasilan seorang guru untuk menjadi guru yang matang dan penuh tanggung jawab.
Buku Rujukan:
Arends, Richard I. 2012. Learning to Teach. Edisi Sembilan. New York: McGraw-Hill Companies Inc.
No comments:
Post a Comment