Wednesday, 25 November 2015

Memotivasi Siswa Belajar

Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri manusia untuk melakukan suatu aktivitas atau mempertahankan aktivitas tersebut. Gambaran sederhana dari motivasi adalah saat lapar dan melihat makanan, maka akan muncul suatu dorongan kuat di dalam diri kita untuk mendapatkan mekanan tersebut. Motivasi memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keberhasilan suatu kegiatan manusia dalam mencapai tujuannya. 

Para ahli psikologi telah mempelajari dan melakukan riset mengenai motivasi pada diri manusia. Teori-teori mereka hasilkan untuk menjelaskan hal-ahal apa saja yang dapat memotivasi seseorang, teramsuk dalam belajar. Dalam tulisan ini kita akan membahas secara singkat lima teori motivasi dan implementasinya di dalam kelas untuk mendorong siswa belajar.

1. Teori Reward dan Punishment (Penghargaan dan Hukuman)

Teori ini didasari atas perilaku alamiah manusia untuk mencari kesenangan (dilambangkan dengan pemberian penghargaan atau hadiah) dan menghindari hukuman. Pemberian penghargaan atau hadiah pada perilaku-perilaku tertentu, misalnya membaca, dapat menghasilkan kebiasaan siswa untuk terus membaca. Sebaliknya hukuman dapat digunakan oleh guru untuk membuat siswa menjadi jera melakukan perilaku negatif. Contoh yang sering kita alami di kelas adalah penggunaan tambahan nilai bagi siswa yang aktif akan dapat mendorong mereka untuk terus aktif di kelas. 

Kelemahan penggunaan hadiah atau penghargaan yang berlebiahan adalah munculnya sifat materialistis. Siswa menjadi tergantung pada insentif atau hadiah, belajar atau keaktifannya tidak benar-benar lahir dari kemauan sendiri.

2.  Teori Interest (Kesenangan)

Manusia memiliki kesenangan-kesenangan yang dapat membuatnya termotivasi melakukan suatu aktivitas walaupun tidak ada hadiah atau penghargaan material dari kegiatan tersebut. Misalnya anak-anak secara alami suka bermain sehingga lelah dan uang yang harus dikeluarkan untuk bermain tidak mereka hiraukan asalkan dapat bermain. Dalam teori ini terdapat dua jenis kesenangan yaitu kesenangan individual, yaitu kesenangan yang berasal dari sifat pribadi seseorang. Yang kedua adalah kesenangan situasional, yaitu kesenangan yang lebih disebabkan oleh situasi aktivialah tas tersebut (bukan oleh aktivitasnya sendiri).

Contoh kesenangan individual adalah aktivitas memancing dapat benar-benar menyenangkan bagi seseorang yang memang secara individual menyukai pekerjaan tersebut. Adapun contoh kesenangan situasional adalah membaca suatu cerita atau kasus yang menarik. Mungkin anak-anak tidak benar-benar menyukai aktivitas membaca, namun kasus dan gambar-gambar yang terpampang pada bahan bacaan menyenangkan mereka. 

Dalam pembelajaran teori ini dapat digunakan dengan cara merancang pembelajaran yang sebanyak mungkin memasukkan kesenangan-kesenangan. Misalnya pelajaran IPA dengan menunjukkan siswa contoh-contoh nyata, atau suatu peristiwa yang aneh, disertai dengan cerita dari guru yang membuat mereka tertarik. Mengajar dengan menggunakan teknik bermain juga dapat memunculkan kesenangan bagi anak-anak didik. 

Kelemahan penggunaan teori ini adalah jika kesenangan yang diberikan justru menghalangi atau mengaburkan pikiran siswa dari materi pembelajaran yang inti. Akibatnya siswa hanya terpukai pada kesenangan dan itulah yang mereka ingat.

3. Teori Tujuan

Berbedaan manusia dengan hewan adalah pada tujuan. Manusia memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam hidup mereka. Tujuan yang kuat dapat membuat seseorang tetap termotivasi untuk melakukan aktivitas tertentu walaupun tidak menyenangkan. Misalnya seorang siswa yang memiliki cita-cita yang kuat dapat terus termotivasi belajar walaupun membosankan dan menguras energinya setiap hari.

Dua jenis tujuan utama adalah tujuan penguasaan (mastery goal) dan tujuan penampilan (performa goal). Tujuan penguasaan lebih terfokus pada proses untuk menguasai suatu keterampilan atau kemampuan tertentu. Sedangkan tujuan penampilan lebih terfokus pada bagaimana untuk mencapai hasil yang nampak. Contohnya saat belajar, anak dengan tujaun penguasaan lebih memperhatikan bagaimana agar ia menguasai keterampilan atau kemampuan yang diajarkan. Sedangkan anak dengan tujuan penampilan lebih terfokus pada nilai yang tinggi (walaupun tidak benar-benar menguasai tidak masalah).

Penerapan dalam pembelajaran harapannya lebih mendorong siswa untuk memiliki tujuan penguasaan. Misalnya dengan guru lebih menghargai proses daripada hasil akhir, selalu mengatakan bahwa kesalahan adalah langkah-langkah untuk belajar dan selalu memberi siswa balikan dari tugas-tugas yang dikerjakan agar mereka belajar bagaimana melakukan secara benar.

4. Teori Harapan dan Nilai

Mansia lebih termotivasi untuk melakukan suatu pekerjaan yang harapan untuk berhasilnya cukup tinggi. Semakin kecil harapan untuk berhasil tentu saja semakin kecil motivasi untuk melakukan aktivitas tersebut. Misalnya ketika dalam suatu pelajaran siswa merasa sama sekali tidak bisa (harapan untuk memahami pelajaran tersebut sangat kecil) maka tentu saja motivasi belajarnya menjadi rendah. Namun pekerjaan yang pasti berhasil juga kurang memotivasi karena biasanya nilainya menjadi rendah. Misalnya seorang mahasiswa Prodi IPA diberi soal IPA SMP tentu harapan untuk berhasil sangat tinggi, namun nilainya rendah karena terlalu mudah dan tidak membuat mereka bangga ketiak berhasil mengerjakannya.

Harapan dan nilai dari suatu pekerjaan biasanya saling berkebalikan. Harapan yang terlalu tinggi membuat nilainya rendah, sebaliknya harapan yang rendah akan membaut nialinya menjadi tinggi. Oleh karena itu guru perlu menyesuaikan level pembelajarannya agar tidak terlalu sulit atau terlalu mudah bagi siswa. 

5. Teori Kebutuhan

Teori terakhir yang akan kita bahas adalah teori kebutuhan. Pada teori ini dijelaskan bahwa manusia akan lebih termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan setiap orang dengan kondisi dan usia yang berbeda ternyata juga berbeda. Misalnya orang yang kaya tidak akan termotivasi ketika diimingi hadiah permen, sebaliknya anak-anak miskin akan sangat termotivasi karena jarang dapat memebeli permen tersebut.

Anak-anak yangberasal dari keluarga kaya dan berpengaruh biasanya tidak termotivasi belajar karena mereka sudah merasa aman dengan kondisi masa depannya, tidak demikian dengan anak-anak dari kalangan menengah ke bawah. Guru dapat mencari kebutuhan-kebutuhan yang di ada pada diri anak-anak agar mereka lebih termotivasi secara keseluruhan misalnya kebutuhan akan akan rasa sayang dan perhatian. 

Menurut Abraham Maslow terdapat lima tingkatan kebutuhan pada manusia yaitu: kebutuhan material, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang-perhatian, kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan kebutuhan eksistensi diri. Berbagai jensi kebutuhan tersebut dapat digunakan guru untuk memotivasi siswa belajar. Silahkan membaca teori kebutuhan Abraham Maslow secara lebih mendalam.

Siswa Membutuhkan Penanganan Kreatif Guru

Pertanyaannya mana teori yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa belajar? Jawabannya tentu saja guru dapat mempelajari dan mengimplementasikan semua teori di atas sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Seringkali suatu teknik pemotivasian yang berhasil di suatu tempat atau kelas ternyata tidak berhasil di kelas yang lain. Pengalaman guru dan kemauan untuk menerapkannya secara perlahan akan membuat keterampilannya memotivasi peserta didik lebih berkembang.

Buku Rujukan:
Moreno, Roxana. 2010. Educational Psychology. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.

No comments:

Post a Comment