Berbicara mengenai kemampuan kognitif maka sebagian besar orang akan tertuju pada kemampuan intelektual. Yaitu meliputi kemampuan untuk menyelesai beberapa jenis persoalan dan umumnya di sekolah diuji dengan menggunakan tes. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sudah lumrah. Anak-anak yang berhasil mendapatkan nilai tinggi di tes tentu harapannya dapat lebih diandalkan dalam melakukan banyak jenis pekerjaan.
Fakta yang sering kali kita temui dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidaklah sesederhana itu. Anak-anak yang bernilai tinggi (dalam tes-tes tradisional) memang memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai pekerjaan dan pemecahan masalah secara baik. Namun pola-pola aktivitas mereka sebagian besar hanya menuruti pakem yang telah dipelajari atau diterima sebelumnya. Menariknya justru pada anak-anak yang tidak memiliki nilai tinggi justru seringkali dapat memunculkan ide-ide yang tidak biasa atau bahkan luar biasa.
Dalam psikologi pendidikan fenomena ini dikenal dengan istilah kreativitas. Yaitu suatu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang baru (bahkan benar-benar baru), tidak sesuai dengan pola-pola yang deipelajari atau diterima sebelumnya. Temuan menarik didapatkan oleh Wallach dan Kogan pada tahun 1962 yang menyatakan bahwa anak-anak yang sukses pada tes-tes tradisional (melambangkan kemampuan intelektual) cenderung berkebalikan dengan ketika mereka harus mengerjakan tugas-tugas di lingkungan alami (yang dirancang untuk mengukur kreativitas).
Kemampuan intelektual dan kreativitas sebenarnya dimiliki setiap orang. Namun dari penelitian tersebut, dan banyak penelitian lain yang sejenis, didapatkan suatu kesimpulan sementara bahwa umumnya anak yang kemampuan intelektualnya tinggi justru terbalik dengan daya kreativitasnya. Sebaliknya anak dengan kreativitas tinggi rata-rata kurang menyukai aktivitas intelektual yang terpola teratur.
Kemampuan mana yang akan lebih sukses menjalani kehidupan. Tentu kedua jenis kemampuan tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Anak dengan kemampuan intelektual tinggi sanggup bekerja sesuai dengan pola-pola yang diterima namun kurang mampu menghasilkan ide-ide baru. Sebaliknya anak dengan keativitas tinggi memiliki kemampuan yang baik untuk menghasilkan ide-ide baru namun kurang dapat bekerja secara stabil menurut pola-pola yang tetap.
Manusia yang luar biasa adalah yang memiliki kedua kemampuan tersebut sekaligus. Kita menyebutnya dengan anak jenius. Tentu saja sangat jarang kita mendapatkan anak-anak dengan talenta seperti itu. Albert Einstein dan Habibi mantan presiden RI merupakan contoh-contoh manusia jenius yang pernah dilahirkan dan sukses mengguncang dunia.
(Sumber Gambar: http://www.ceritamu.com/cerita/BJ-Habibie-vs-Albert-Einstein-siapa-lebih-cerdas)
Buku Rujukan:
Runco, Mark A. 2007. Creativity, Theories and Themes: Research, Development and Practice. London: Elsevier Inc.
No comments:
Post a Comment