Thursday, 26 November 2015

Belajar Kelompok dan Kooperatif

Belajar kelompok merupakan suatu strategi pembelajaran yang sudah sedemikian tua. Setiap dari kita pasti pernah mengalami belajar kelompok, baik ketika berada di dalam kelas, laboratorium ataupun saat mengerjakan tugas di rumah. Salah satu manfaat utama dari belajar kelompok adalah keterampilan sosial bagi siswa. Kita ketahui masyarakat terbentuk karena interaksi dan hubungan sosial, untuk dapat hidup dengan baik di masyarakat tentu sangat dibutuhkan keterampilan sosial.

Belajar dalam kelompok ternyata tidak selalu berdampak baik. Ketika kelompok hanya menggantungkan hasil pekerjaannya pada salah satu atau sebagian anggota kelompok, sedangkan anggota yang lain hanya mendompleng, maka yang didapatkan siswa adalah ketidakjujuran, tidak adanya tanggung jawab yang merata, individualisme di satu sisi dan kemalasan di sisi yang lain. Sungguh berbahaya.

Berdasarkan kelemahan-kelamahan yang muncul dari aktivitas belajar kelompok, akhir-akhir ini para ahli pendidikan lebih menyarankan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam metode ini para siswa juga di bagi menjadi kelompok-kelompok belajar. Namun ada beberapa perbedaan antara belajar kelompok biasa dengan belajar kooperatif. Minimal ada dua karakter utama dalam belajar secara kooperatif.

1. Interdependensi Positif
Interdependensi berarti saling bergantung. Adanya kata positif menunjukkan bahwa masing-masing siswa pada dasarnya memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri, namun dalam kerja kooperatif mereka membangun rasa saling membutuhkan dan saling bergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugas kelompok. Semangat kerja sama tersebut membuat semua anggota kelompok berkeinginan untuk berperan serta dalam kelompok. Susah atau senang dirasakan bersama.

2. Akuntabilitas Individual (tidak ada pendompleng)
Dalam suatu proses belajar kooperatif terbangun akuntabilitas individual, artinya setiap individu memiliki tanggung jawab pribadi. Dalam kelompok kooperatif umumnya dilakukan pembagian tugas secara proporsional agar setiap anggota merasa memiliki tanggung jawab yang harus ia selesaikan. Pada prakteknya setiap anggota dapat saling membantu untuk tugas-tugas yang diemban namun tanpa menghilangkan tanggung jawab individual tersebut.

Karakter Belajar Kooperatif
(Sumber Gambar : Jolliffe, 2007)


Buku Rujukan:
Jolliffe, Wendy. 2007. Cooperative Learning in The Classroom, Putting it into Practice. London: Paul Chapman Publishing

No comments:

Post a Comment